Friday 26 January 2018

Ada Makna Dari Suatu Perjalanan

Antara Bandara dan Stasiun



Hari ini 26 Januari 2018 dalam perjalanan menuju Banyuwangi dari Pontianak untuk menghadiri resepsi pernikahan keponakan.
Berangkat dari Bandara Supadio Pontianak pukul 14.15 WIB.Penerbangan kali ini tampak beberapa kursi banyak yang kosong, kebetulan pada chek in online, saya lupa memilih seat sehingga saya mendapatkan seat 30f .
Terbayang dalam pikiran saya bahwa pesawat akan sarat penumpang, rupanya dugaan saya salah bahkan saya menjadi penguasa kursi no 30 .
Cuaca pada saat penerbangan cukup baik namun beberapa saat kemudian setelah setengah jam take off terdengar suara merdu pramugari memberikan pengumuman untuk menggunakan sabuk pengaman dikarenakan cuaca kurang baik. Berkecamuk dalam pikiran rasa was-was , ingin rasanya cepat sampai dan sesekali saya melirik ke jam tangan berharap waktu berputar lebih cepat dan akhirnya kegelisahan saya terobati pesawat landing dengan cantik diiringi guyuran hujan. 

Dengan menerima tawaran Rp 140.000 dari sopir taksi selepas keluar dari Bandara untuk jasa mengantarkan saya ke Stasiun Sidoarjo maka kehilanganlah kesempatan saya untuk mengisi perut di Bandara, dengan perut sudah membunyikan alarmnya guna mendapatkan pasokan makanan saya berangkat ke stasiun Sidoarjo .

Sesampai di Gerbang masuk stasiun, saya bergegas mencari warung makan dan nampak warung bakso memamerkan penthol tahunya yang menggugah selera saya untuk mencicipi cita rasa khasnya dan kesegaran kuahnya.Suasana warung yang sederhana dengan lantunan musik rohani dari radio dan keramahan penjualnya membuat saya makin betah berlama-lama, hingga keakraban bercengkrama mulai sambut menyambut.

Sungguh di luar dugaan saya yang awalnya abang tukang bakso ini menceritakan bagaimana dia berjuang di kehidupan kota ini dari bekerja ikut orang , sebagai kuli bangunan dan sebagai kuli pabrik serta saat ini istrinya bekerja di Pabrik , ternyata tidak sederhana penampilannya , Abang tukang Bakso ini mempunyai 10 angkutan umum dimana 8 disewakan dan 2 di jalankan dengan sistem setoran per hari . Luar biasa penampilan Abang ini telah menipu diriku, sungguh saya merasa malu orang yang menurut ukuran saya adalah seorang yang sudah cukup namun masih tidak berpangku tangan menikmati hasil dari kekayaannya namun tetap mengisi waktunya dengan usaha lain sebagai abang bakso dan istrinya masih saja bekerja di Pabrik dengan upah net Rp 20.000,- diluar fasilitas sosial lainnya. 
Penasaran saya terjawab dengan rela bapak yang berpenampilan sederhana ini menceritakan bagaimana seharusnya menjalani hidup ini.

Beberapa tips yang disampaikan ke saya : 
  • Hidup harus lah bisa mendinginkan (ngedhemke) 
  • Berfikir logis. 
  • Harus punya tekad dan bisa mandiri jangan terus-terusan ikut orang 
  • Bekerja dengan orang harus bisa ngemong juragan. Jangan terus terusan minta di emong 
  • Sebagai pekerja harus punya nilai yang lebih dari teman sejawatnya, hilangkan rasa iri kepada teman sejawat. 
Karena segan berlama-lama duduk di warungnya saya ijin pamit menuju stasiun , namun masih dicegahnya bahkan ditawari segelas kopi , mendengar kata kopi kontan saja tidak ada keluar kata penolakan dari saya. Barulah setelah habis segelas kopi dan 4 batang kretek saya pamit untuk chek in ke Stasiun 

Semoga beberapa tips dari Abang Bakso ini dan kegigihannya bisa menjadi tauladan  dan memotivaai si anak mbeling macam saya ini.



Sidoarjo

26 Januari 2018








No comments:

Post a Comment

Featured Post

profile